tempat berbagi....siapatau bisa bermanfaat..^_^

soponsor by

Friday, April 12, 2013

manfaat dan bahaya melinjo atau tangkil untuk kesehatan


Manfaat dan bahaya melinjo atau tangkil untuk kesehatan || Kulit Melinjo adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.  Kulit Melinjo mengandung energi sebesar 111 kilokalori, protein 4,5 gram, karbohidrat 20,7 gram, lemak 1,1 gram, kalsium 117 miligram, fosfor 179 miligram, dan zat besi 2,6 miligram.  Selain itu di dalam Kulit Melinjo juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,07 miligram dan vitamin C 7 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Kulit Melinjo, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
tangkil
melinjo

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kulit Melinjo :


Nama Bahan Makanan : Kulit Melinjo
Nama Lain / Alternatif : - 
Banyaknya Kulit Melinjo yang diteliti (Food Weight) = 100 gr 
Bagian Kulit Melinjo yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Kulit Melinjo = 111 kkal
Jumlah Kandungan Protein Kulit Melinjo = 4,5 gr
Jumlah Kandungan Lemak Kulit Melinjo = 1,1 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Kulit Melinjo = 20,7 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Kulit Melinjo = 117 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Kulit Melinjo = 179 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Kulit Melinjo = 2,6 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Kulit Melinjo = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kulit Melinjo = 0,07 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Kulit Melinjo = 7 mg
Khasiat / Manfaat Kulit Melinjo : - (Belum Tersedia) 


Melinjo (Gnetum gnemon Linn) adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (gymnospermae) yang berbentuk pohon. Pohon ini banyak terdapat di Indonesia, sehingga diyakini bahwa pohon melinjo adalah asli Indonesia, dugaan ini terjadi karena melinjo konon katanya hanya bisa tumbuh di Asia Tenggara. Adapun daerah di Indonesia yang banyak membudidayakan pohon melinjo adalah Aceh dan sumatera. Selain di Indonesia, pohon melinjo kini mulai tersebar juga di kawasan Asia lainnya termasuk daerah Pasifik Barat.



Ada banyak julukan untuk pohon melinjo. Orang sunda menyebutnya tangkil, orang jawa menjulukinya mlinjo, orang kamboja menyebutnya Khalte, sementara bahasa Melayu menyebut melinjo sebagai bago.

Terus, apa yang menarik dari melinjo sehingga gue penasaran pengen tau khasiatnya?!

Well, semuanya bermula saat asik makan emping (belinjo chips) krispi di pinggir pantai. Tiba2 temen negor , dia nanya, apa  ga takut kena asam urat dengan makan emping/melinjo gitu. sy bilang engga, karna makannya kan cuma satu plastik doang (ukuran plastik setengah kiloan), bukan satu karung€¦ hehe.. dan ga sering2 juga, jadi kenapa mesti takut.. dan kenapa juga semua orang ngeributin kalo melinjo itu bahaya bagi kesehatan tubuh, terutama karena bisa terkena asam urat itu tadi. Apakah itu benar? Ini yang gue dapet:

Ternyata, Ya, benar, melinjo dapat memicu hiperurisemia (asam urat berlebih) karena mengandung purin cukup tinggi… tapiii jika dikonsumsi secara berlebihan. Bener kan kata sy. Jadi kalo makannya masih dalam batas wajar, ga masalah.

Lalu hiperurisemia itu apa? Dan apa yang terjadi kalo terkena penyakit ini?

Hiperurisemia adalah suatu keadaan kadar asam urat di dalam darah meningkat melebihi nilai normal. Kadar asam urat normal berkisar antara 2,-6,0 mg/dL untuk perempuan dan 3,4=7,0 mg/dL untuk laki-laki. Hiperurisemia dapat terjadi kalau purin dalam tubuh cukup tinggi.
Purin merupakan senyawa yang mengandung nitrogen yang dihasilkan oleh sel-sel yang berbeda dalam tubuh (endogen) atau berasal dari luar tubuh kita, seperti makanan yang mengandung purin (eksogen).

Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin yang terjadi di dalam tubuh manusia. Semakin tinggi kadar purin maka semakin tinggi pula kadar asam urat yang terbentuk. Dari dua per tiga dari total asam urat yang berada dalam tubuh dihasilkan secara endogen sementara sisanya melalui makanan yang dikonsumsi (eksogen). Sedangkan 70% dari asam urat yang terbentuk, dikeluarkan melalui ginjal (air seni) dan sisanya melalui sistem pencernaan.

Yang terjadi jika terkena penyakit asam urat adalah adanya pembengkakan sendi karena penumpukan kristal asam urat di sendi (artritis gout), selain itu adanya batu ginjal. Namun keadaan ini tidak terjadi pada setiap orang yang memiliki kadar asam urat yang tinggi. Hanya sekitar 20% dari populasi dengan hiperurisemia yang mengalami keadaan ini.

Gejala yang timbul pada penderita hiperurisemia adalah adanya rasa nyeri di daerah pinggang dan menjalar ke arah belakang atau perut bagian bawah disertai nyeri saat buang air kecil. Keluhan ini biasanya mengarah pada terbentuknya batu ginjal.

Sementara artritis gout terjadi jika timbul pembengkakan sendi pada ibu jari kaki disertai rasa nyeri, kemerahan dan rasa hangat bila disentuh.

Secara umum faktor penyebab tingginya kadar asam urat dalam darah adalah :
1. Peningkatan produksi asam urat yang dihasilkan oleh purin.
2. Fungsi ginjal yang menurun sehingga tidak bisa memetabolisme dan mengeluarkan asam urat dengan baik dari dalam tubuh.
3. Kondisi penyakit yang diderita sebelumnya seperti penyakit kanker, diabetes melitus dan gagal ginjal.
4. Obat-obatan tertentu yang secara rutin dikonsumsi.

Untuk mencegah terjadinya hiperurisemia, yang harus dilakukan adalah memiliki pola hidup yang sehat seperti olahraga secara teratur, menjaga berat badan seimbang, mengurangi konsumsi kafein dan alkohol, istirahat yang cukup, dan mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang rendah. Makanan yang mengandung kadar purin rendah diantaranya adalah sereal, pasta, susu, telur, salada, tomat, sayuran hijau, buah-buahan dan minuman berkarbonasi sementara makanan yang mengandung kadar purin tinggi antara lain jeroan (contoh: hati, usus, paru), daging, minuman beralkohol, asparagus, melinjo, bayam, kembang kol, jamur, kacang polong, ikan asin dan ikan sarden.

Lalu, berapa kadar purin yang terdapat pada melinjo?

Kadar purin melinjo 50-150 mg per 100 gram bahan. Melinjo aman dikonsumsi jika dikonsumsi tidak secara berlebihan. Konsumsi yang berlebihan dari melinjo atau dari minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng emping (hasil olahan melinjo) yang dapat menyebabkan kadar asam urat meningkat. Jadi bukan melinjo itu sendiri yang menyebabkan asam urat, karena apabila disiapkan dalam bentuk makanan lain tanpa minyak dan tidak dikonsumsi secara berlebihan tidak akan meningkatkan asam urat.

khasiat dalam melinjo

Banyak. Melinjo ternyata sangat berkhasiat sebagai antioksidan. Tri Agus Siswoyo PhD, peneliti di Pusat Penelitian Biologi Molekuler, Universitas Jember, Jawa Timur menguji aktivitas antioksidan ekstrak akar, daun, biji dan batang melinjo untuk menangkal radikal bebas. Ternyata semua bagian tanaman itu bersifat antioksidan. Kemampuannya adalah:

Ekstrak akar : 37,27 mg VCEAC (Vitamin C Equivalent Antioxidant Capacity)

Ekstrak daun : 36,66 mg VCEAC

Ekstrak biji : 34,08 mg VCEAC

Ekstrak batang : 32,52 mg VCEAC

Menurut Siswoyo, ekstrak melinjo mengandung 9-11% protein yang berpotensi sebagai antioksidan. Kandungan protein utama dalam melinjo berukuran 30 kilo dalton efektif mengusir radikal bebas. Radikal bebas adalah salah satu penyebab utama timbulnya kanker dan mempercepat proses penuaan.

Oleh karena itu, melinjo berpeluang sebagai sumber nutraseutikal-substansi yang bermanfaat bagi kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit.

Kesadaran akan khasiat melinjo ini ternyata sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat Jepang. Di Jepang, melinjo bahkan dibikin tepung untuk bahan baku aneka makanan seperti kue dan roti, tidak seperti di Indonesia yang terbatas hanya dibikin emping dan sebagai bahan untuk sayur. Bahkan sebagian masyarakat Jepang ada yang mempunyai kebiasaan mencampurkan tepung melinjo dalam minuman teh. Mereka ingin memperoleh khasiat melinjo saat menyeruput teh. Takarannya adalah setengah sendok teh. Menurut mereka penambahan tepung melinjo pada teh mereka membuat teh mereka menjadi kental dan nikmat. Selain itu, tepung melinjo di Jepang juga sering dibuat untuk saus salad.

Masyarakat Jepang menyukai melinjo karena setelah diadakan uji khasiat stilbenoid dari biji melinjo yang dilakukan Yuji Tokunaga, di University of Fukui Jepang, melinjo dapat menangkal radikal bebas, menghambat aktivitas enzim lipase dan amilase serta sebagai antimikroba.

Stilbenoid dari biji melinjo terbukti mampu menghambat kerja enzim lipase, sehingga berpotensi menekan penumpukan dan penyerapan lemak dalam tubuh. Stilbenoid dari biji melinjo juga dapat menghalangi aktivitas enzim amilase. Akibatnya, perombakan karbohidrat menjadi glukosa terhambat. Sehingga melinjo berpotensi sebagai pengontrol kadar gula darah bagi penderita diabetes. Sebagai antimikroba, ekstrak melinjo efektif membunuh mikroorganisme jahat.

Penelitian Tokunaga memperlihatkan salad yang diberi ekstrak melinjo lebih awet ketimbang yang tidak diberi ekstrak melinjo. Karena pertumbuhan bakteri pada salad yang diberi ektrak melinjo jadi lebih sedikit. Penelitian itu dilakukan selama tiga hari. Hal itu mengindikasikan bahwa ekstrak melinjo dapat menekan pertumbuhan bakteri.

Bagaimana dengan daun melinjo, apa berkhasiat juga?

Beberapa literatur menyebutkan, secara empiris daun melinjo dapat mempermudah persalinan. Caranya adalah dengan mengambil beberapa lembar daun melinjo yang tidak terlalu tua tapi juga tidak terlalu muda, lalu daun itu dicuci dan diiris2, setelah itu dijemur hingga kering. Setelah kering seduh dengan air panas seperti membuat teh, lalu ramuan air daun melinjo itu diminum 2 kali sehari hingga kehamilan mencapai 8 bulan lebih.

Kebiasaan menggunakan daun melinjo untuk mempermudah proses melahirkan ini sudah banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia, tapi belum ada penelitian khusus tentang hal ini. 

Keterangan :
Riset/penelitian pada Kulit Melinjo yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil yang didapat karena berbagai faktor yang mempengaruhi.  Mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan pada informasi daftar komposisi bahan makanan Kulit Melinjo ini.  Semoga informasi kandungan gizi/nutrisi Kulit Melinjo ini bisa bermanfaat untuk kita semua.  Terima Kasih.


Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.
(Berbagai sumber).